Kebutuhan Kurikulum Bencana Mendesak
Kebutuhan Kurikulum Bencana Mendesak
Written by Bintang Pelajar
Friday, 12 November 2010 10:41

Dorongan untuk memberikan edukasi tentang bencana sudah berlangsung sejak 2004 lalu atau pascabencana tsunami Aceh. Namun hingga tahun 2010 saat terjadi letusan Gunung Merapi, edukasi tersebut belum cukup.
”Karena pengetahuan rakyat tentang bencana belum cukup. Seperti di Mentawai, banyak masyarakat belum tahu akan terjadi tsunami,” ujar Pakar Geologi Laut lulusan Universite de Bretagne Occidentale Brest Prancis, Safri Baharuddin, usai temu wartawan di Jakarta, Jumat (12/11).
Karena itu Safri yang juga Kepala Biro Humas Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat mengatakan, kebutuhan kurikulum bencana sangat mendesak. ”Semakin cepat kurikulum diberlakukan di sekolah semakin baik. Karena Indonesia adalah daerah bencana. Jadi kita harus bersahabat dengan bencana,” tutur dia.
Kurikulum itu seharusnya sudah diajarkan kepada anak-anak di sekolah dasar (SD), terutama di daerah yang rawan bencana, seperti gempa dan tsunami. Pelatihan untuk menghadapi bencana juga perlu dilaksanakan, serta bangunan juga harus didata ulang untuk antisipasi bencana seperti gempa.
Safri mengingatkan kepada masyarakat untuk jangan panik bila ada bencana. Khusus di daerah pesisir pantai diingatkan agar hati-hati bila melihat air laut tiba-tiba surut.”Lebih baik langsung naik ke dataran yang lebih tinggi,” jelasnya.
Sementara, Syafri memaparkan saat ini dua gunung sudah masuk dalam status siaga. Yaitu Gunung Ibu di Halamahera Utara dan Gunung Karangetang Sulawesi Utara. Dan 19 gunung lainnya sudah masuk status waspada. Kesembilan belas gunung tersebut tersebut terbentang dari Sumatra Utara hingga Nusa Tenggara Timur.
Di kedua gunung berstatus siaga, jelas Syafri, erupsi muncul dan mengeluarkan asap. ”Gempa vulkanik juga mulai rutin terjadi. Jika gempa vulkanik yang terjadi lebih rutin lagi maka status kedua gunung tersebut naik menjadi status awas,” tutur dia. Urutan status gunung adalah normal, waspada, siaga, dan awas.
Sumber: Republika Online