KENAPA ALLAH TIDAK RELA WANITA BERSEDIH?

KENAPA ALLAH TIDAK RELA WANITA BERSEDIH?

Bagikan :

KENAPA ALLAH TIDAK RELA WANITA BERSEDIH?

 

Tentang ibunda Nabi Musa alaihi salam Allah berfirman:

Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. [QS. Al-Qashash: 7]
Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. [QS. Al-Qashash: 13]

Tentang Maryam Allah berfirman:

Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” [QS. Maryam: 24]
Tentang istri-istri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam Allah berfirman:
Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. [QS. Al-Ahzab: 51]

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Berlemah lembutlah kepada wanita.” [HR. Muslim 2323]
Kenapa Allah tidak rela wanita bersedih? Karena kesedihannya mendalam, sangat pedih, tidak ada hati yang kuat menahannya. Ketika dia bersedih, sakit hatinya dan hancur berkeping-keping.

  • Jika wanita bersedih hati karena perkataan atau sikap anaknya, suaminya, ayahnya, atau saudaranya, rasa sakit dan sedihnya lebih berat lagi.
  • Ketika wanita dizalimi saudaranya atau ayahnya dengan dirampas hak warisnya, dipaksa menikahi laki-laki yang tidak dicintainya, diperlakukan dengan kasar, dipisahkan dari adik-adik kesayangannya, atau apapun bentuknya, seketika hatinya hancur berkeping-keping, merasa kesepian dan terasing, sakit yang tidak terperi.
  • Ketika wanita diperlakukan keras oleh anaknya, dibentak, direndahkan, atau dipukul – sebagaimana dilakukan sebagian anak yang telah mati sanubarinya di zaman ini – seketika hatinya terasa remuk redam, hidupnya terasa sia-sia. Hingga dia mendambakan kematian untuk lepas dari masalah ini.

Karenanya, janganlah kamu gores hati ibumu yang penyayang, meskipun hanya dengan menggerutu.
Janganlah kamu sakiti hati istrimu dengan kamu acuhkan dia, hindari dia, atau bermuka masam kepadanya.
Janganlah kamu sakiti hati saudarimu dengan sikap acuhmu atau umpatanmu.
Janganlah kamu hancurkan harapan anak gadismu terhadap pendidikan dan perlakuan yang baik darimu.
**************************

Dekatkanlah dirimu kepada Allah dengan berbuat baik kepada ibumu, istrimu, saudarimu, dan anak gadismu.
Nikmatilah untaian doa yang indah lagi berkah dari mereka. Karena di dunia ini tidak ada yang lebih dirindukan melebihi doa ibu, istri, anak gadis, dan saudarimu.

*************************

Jangan pernah beranggapan bahwa wanita sumber salah dan masalah.
Seorang audien bertanya kepada Ahmad Deedat: “Perempuan itu biang kerusakan.”
Ahmad Deedat pun menjawab: “Saya tidak mengingkari hal itu. Contah yang paling konkret adalah seorang ibu mengandung 9 bulan untuk melahirkan anak bodoh sepertimu. Kemudian ketika dia dewasa, dia berkata: ‘Perempuan biang kerusakan.’”

*************************

Belajarlah dari Imam Abu Hanifah bagaimana beliau bisa merasakan kegundahan dan kesedihan ibundanya. Agar kamu tidak mengabaikan kesedihan ibumu, istrimu, anak gadismu, atau saudarimu. Sehingga kamu bisa memahami kesedihan mereka dan menjadi bahu buat mereka menumpahkan kesedihan. Sehingga kamu bisa menyeka tangis mereka dan mengobati hati mereka yang terluka.
Imam Abu Hanifah rahimahullah setiap hari dicambuk penguasa karena menolak jabatan hakim. Beliau terlihat menangis di saat menjalani hukuman itu. Ketika beliau dibebaskan, beliau berkata tentang alasannya menangis saat itu: “Sungguh kesedihan ibuku lebih menyakitkan bagiku daripada pukulan yang mendera tubuhku.”

*************************

Semoga Allah menjaga hati ibu kita, istri kita, anak gadis kita, dan saudari kita dari kegundahan dan kesedihan.

Disusun oleh: Dede Rahman Saleh
Referensi: Indama Yasyruqu ash-Shabāh dan website: Islamway.

Artikel Lainnya