Mama, Papa Haruskah Aku Berbakti Padamu ? (part.4)

Mama, Papa Haruskah Aku Berbakti Padamu ? (part.4)

Bagikan :

BRO & SIS, INILAH AKHLAK TERBAIK UNTUK AYAH & IBU KITA
Part 4

ADAB KEPADA ORANGTUA SEPENINGGAL MEREKA.

4️⃣Puasa atas nama keduanya.🍱
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang meninggal dunia dan memiliki hutang puasa, ahli warisnya berpuasa atas namanya.” [HR. Bukhari no.1851 dan Muslim no.1147]

5️⃣Haji atas nama keduanya.🕋
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radliyallahu anhuma bahwasanya Fadl bin Abbas dibonceng Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian datanglah seorang perempuan dari Khasyam. Fadl pun meliriknya. Kemudian Nabi memalingkan muka Fadl ke sisi yang lain. Perempuan itu berkata: “Sesungguhnya kewajiban haji yang Allah tetapkan bagi hamba-Nya telah berlaku kepada ayahku yang sudah tua renta dan tidak bisa menaiki kendaraan. Apakah boleh aku berhaji atas namanya?” Beliau menjawab: “Ya.” Dan kejadian itu terjadi di Haji Wada. [HR. Bukhari no.1442 dan Muslim no.1334]

6️⃣Umrah atas nama keduanya.🕌
عَنْ أَبِي رَزِينٍ الْعُقَيْلِيِّ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِي شَيْخٌ كَبِيرٌ لَا يَسْتَطِيعُ الْحَجَّ وَلَا الْعُمْرَةَ وَلَا الظَّعْنَ قَالَ حُجَّ عَنْ أَبِيكَ وَاعْتَمِرْ
Diriwayatkan dari Abu Razin al-Uqaili bahwasanya dia mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku sudah menua, tidak mampu menunaikan haji dan umrah serta perjalanan jauh.” Beliau bersabda: “Berhajilah dan umrahlah atas nama ayahmu.” [HR. Abu Daud no.1810, Nasai no.2621, Tirmizi no.930, dan Ibnu Majah no.2906]

7️⃣Menunaikan nazar keduanya.🤝🏼
Saad bin Ubadah al-Anshari meminta fatwa kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang nazar yang belum sempat ibunya tunaikan sebelum meninggal dunia. Kemudian beliau memfatwakan agar dia menunaikannya atas nama ibunya. Dan itu menjadi sunah setelah itu. [HR. Bukhari no.6320 dan Muslim no.1638]

8️⃣Melanjutkan kebaikan yang telah dilakukan keduanya semasa hidup.🎊
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radliyallahu anhu bahwasanya dia berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya kepadaku ketika aku meminta izin kepadanya: ‘Apakah kamu menikahi gadis atau janda?’ Aku pun menjawab: ‘Aku menikahi janda.’ Beliau pun bersabda: ‘Nikahilah gadis. Sebab kamu bisa ajak dia bersenda gurau denganmu atau dia bisa mengajak bersenda gurau dengannya.’ Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, ayahku telah wafat dalam keadaan syahid dan aku memiliki saudari-saudari yang masih kecil. Aku tidak suka menikahi gadis yang seusia mereka hingga dia tidak bisa mendidik mereka dan merawat mereka. Aku menikahi janda agar dia bisa merawat dan mendidik mereka.’” [HR. Bukhari no.2805]

9️⃣Menyambung silaturahmi dengan sanak famili keduanya.🫶🏼
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radliyallahu anhu bahwasanya seorang badui bertemu dengannya di jalan menuju Makah. Abdullah bin Umar pun mengucapkan salam kepadanya dan membawanya di atas keledai yang dia kendarai serta memberinya sorban yang dia kenakan. Ibnu Dinar berkata: “Semoga Allah memperbaiki keadaanmu. Mereka itu Arab badui dan mereka itu rela dengan pemberian yang sedikit.” Abdullah bin Umar berkata: “Ayahnya dahulu adalah sahabat Umar bin Khaththab (ayahku). Dan aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Bentuk bakti yang paling utama adalah menyambung silaturahmi dengan orang-orang yang dicintai orangtua kita.’” [HR. Muslim no.2552]

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radliyallahu anhu bahwasanya dia keluar menuju Makah. Dia memiliki keledai yang dia gunakan untuk beristirahat saat dia malas mengendarai unta dan dia memiliki sorban untuk ikat kepala. Suatu hari saat dia menaiki keledainya, seorang Arab badui melintasinya. Dia bertanya: “Bukankah kamu ini anak si fulan bin fulan?” Badui itu menjawab: “Ya.” Ibnu Umar pun menyerahkan keledainya dan berkata: “Naikilah keledai ini.” Dan memberikan sorban dan berkata: “Ikatlah kepalamu dengannya.” Kemudian sahabatnya bertanya kepadanya: “Semoga Allah mengampunimu. Kamu serahkan keledai yang biasa kamu gunakan untuk istirahatdan sorban yang biasa kamu gunakan untuk ikat kepala.” Kemudian dia menjawab: “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata: ‘Bentuk bakti yang paling utama adalah menyambung silaturahmi dengan orang-orang yang dicintai orangtua kita sepeninggalnya. Dan ayahnya adalah sahabat Umar bin Khaththab (ayahku).” [HR. Muslim no.2552]

Diriwayatkan dari Aisyah radliyallahu anha bahwasanya dia berkata: “Halah binti Khuwailid, adik Khadijah, meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau pun mengenalinya seperti suara Khadijah dan beliau merasa tenang. Beliau berkata: ‘Ya Allah, Halah binti Khuwailid.’ Aku pun cemburu dan aku pun berkata: ‘Anda masih saja mengingat perempuan Quraisy tua dan ompong yang sudah usang dimakan waktu. Kemudian Allah mengganti untukmu wanita yang lebih baik darinya.’” [HR. Muslim no.2437]
Aisyah radliyallahu anha berkata:
“Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila menyembelih domba, beliau berkata: ‘Kirim daging ini kepada teman-teman Khadijah.’” [HR. Muslim no.2435]
Imam Qurthubi rahimahullah berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberi hadiah kepada teman-teman Khadijah sebagai bentuk bakti kepadanya dan memenuhi haknya, dan dia adalah istrinya. Lantas bagaimana dengan kedua orangtua?” [Tafsīr al-Qurthubi 10/241]

✍🏻Disusun oleh: Dede Rahman Saleh
[dede.lc@bintangpelajar.co.id]

 

Artikel Lainnya

Persiapkan dirimu untuk menjadi pejuang SNBT tahun ini! 🔥

X

Dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,

Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”

HR. Nasai 1605, Turmudzi 806,

14 Ramadhan 1445 H

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.”

HR. Ahmad

19 Ramadhan 1445 H

Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu

HR al-Bukhari (2014), Muslim (760), dan lain-lain

20 Ramadhan 1445 H

أعجز الناس من عجَز عن الدعاء

“Orang yang paling lemah adalah orang yang lemah berdoa kepada Allah.”

HR. Ath-Thabarani rahimahullah

18 Ramadhan 1445 H

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah justru mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”

HR. Bukhari no. 1903, Abu Daud no. 2362, dan Ahmad no. 10562

17 Ramadhan 1445 H

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu.”

HR. Muslim, no. 482

16 Ramadhan 1445 H

Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.

HR. Ahmad 3/12, dari Abu Sa’id Al Khudri.

15 Ramadhan 1445 H

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ , غَيْرَ أَنَّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Barangsiapa memberi buka (kepada) orang yang berpuasa, maka dia (akan mendapatkan) pahala seperti orang itu, tanpa mengurangi pahala orang berpuasa sedikit pun juga”

HR.Tirmizi, no. 807,  Ibnu Majah, no. 1746

13 Ramadhan 1445 H

أَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يَلْقَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

“Sesungguhnya Jibril bertemu Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam setiap malam di bulan Ramadhan dan membacakan (Al-Qur’an) kepadanya”

HR. Bukhari, no. 6, dan Muslim, no. 2308

12 Ramadhan 1445 H

Al-‘Allâmah Shâlih Al-Fauzân hafizhahullâh berkata: “Orang yang duduk ketika shalat tarâwîh, dan ketika imâm ruku’ ia pun langsung ruku’ bersamanya dan ia tidak datang dengan Al-Fâtihah maka shalatnya tidak sah.”

11 Ramadhan 1445 H