Jangan Berduka atas Apa yang Luput darimu dan Jangan Terlalu Bahagia atas Apa yang Allah Karuniakan kepadamu
Cara Bijak Menyikapi Kehilangan dan Karunia Menurut Ajaran Islam

Sebagian orang memiliki sangkaan yang keliru bahwa jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan melimpahkan pemberian kepadanya, dan jika Dia membenci seorang hamba, maka Dia akan menghalangi pemberian-Nya darinya.

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ * وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, ia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, ia berkata, ‘Tuhanku telah menghinaku’.”  (QS. Al-Fajr: 15-16).

 

Padahal dalam sebuah hadits dijelaskan, bahwa

إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الْإِيْمَانَ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ
 “Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada siapa saja yang Dia cintai dan yang tidak Dia cintai, tapi Allah tidak memberikan keimanan kecuali kepada siapa yang Dia cintai.”

 

Dalam sejarah peradaban manusia, tidak diketahui orang yang diberi harta sebanyak yang diberikan kepada Qarun. 

“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh terasa berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat…” (QS. Al-Qashash: 76).

 

Sedangkan di sisi lain, manusia yang paling masyhur sepanjang sejarah manusia tentang beratnya ujian yang menimpanya adalah Nabi Ayyub ‘alaihissalam. Dulu beliau punya harta yang banyak, lalu Allah mengujinya dengan lenyapnya harta dan keluarganya, dan penyakit di badannya hingga dagingnya berceceran dan badannya mengeluarkan belatung. Bahkan penduduk desanya mengusirnya keluar desa. Namun, Nabi Ayyub mengadu kepada Tuhannya dengan penuh ketundukan:

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ * فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
“…‘sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.’ Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, Kami mengembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami melipatgandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami dan pengingat bagi semua yang menyembah (Kami).” (QS. Al-Anbiya: 83-84).

 

Semua orang dalam hidup ini akan punya kemungkinan untuk mendapat limpahan kenikmatan atau tertimpa berbagai musibah; dan tidak ada seorangpun yang dapat memastikan kebaikan itu ada pada kenikmatan atau musibah.

Sehingga harta Qarun yang melimpah ruah bukanlah tanda keridhaan Allah kepadanya, dan ujian Nabi Ayyub yang silih berganti bukan juga tanda kemurkaan Allah terhadap beliau.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memperbaiki hati kita dan memperbaiki amalan kita. Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

Disusun oleh : Divisi Pembinaan Akhlak Pegawai dan Pelanggan Bintang Pelajar
Baca Juga : Hidupmu itu Bekal dan Peluang Emasmu 

Bagikan :